Sejak midtest dimulai, sepertinya aku mendapat rutinitas baru; mejeng di sekolah adekku tercinta (pheew~!). Memang, minggu-minggu ini aku selalu pulang cepat. Paling telat jam 12.30 sudah ada di rumah, nganggur, nonton tv sambil makan cemilan di ruang depan. Tipikal anak pemalas.
Begitu melihat ini, Papapku langsung seeing red. Sepertinya profesi 'perempuan pemalas' memang sesuatu yang sangat dilarang di keluarga besarku, terbukti dari kata-kata yang akan keluar dari mulut mereka, setiap kali melihatku bermalas-malasan. Anehnya adekku tak pernah mendapatkan perlakuan semacam itu. Not fair banget.
Eniwei, karena melihat 'anak perempuannya' nganggur-nganggur gak keruan, akhirnya Papapku menghukumku dengan cara menyuruhku menjemput adekku (-yang pulangnya akhir-akhir ini lebih telat dariku) dari sekolah. Jadi, dimulailah pekerjaan baruku sebagai tukang antar-jemput si adek(antar sii enggak.. cuma jemput doank), dari sejak hari Senin kemarin.
Begitu juga hari ini. Adekku bilang, dia bakal pulang jam dua. So, aku sengaja berangkat dari rumah jam dua. Sampai disana, ternyata sekolah belum kelar (sepertinya begitu, karena aku mengenali beberapa orangtua murid, temennya Mama, lagi nunggu anak-anak mereka). Jadi kutunggu. Jam 12.15, adekku belum keluar. Kuputuskan untuk menunggu sebentar lagi, tapi sampai jam 12.30, adekku nan jelek itu belum keluar-keluar juga.
Lagi kesel-kesel gitu, tiba-tiba ada Bapak-bapak dateng, mendekat gitu. Aku pikir mau ngapain, ternyata tiba-tiba dia langsung naik ke motorku, sambil megang stangnya, seakan-akan dia lagi naik motor. Terus dia mandangin motorku dengan takjub, seakan-akan motor itu adalah sesuatu yang sangat langka, yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
Aku, sebagai pemilik motor merasa keki juga. Habis, coba pikir, itu bapak-bapak datang tanpa ba bi bu langsung mainin motorku. Di depan hidungku lagi! Kira-kira beberapa menit kemudian, dia akhirnya ngelepasin motorku dan duduk disebelahku, walaupun sepertinya dia masih belum puas main-main, karena dia masih terus memandangi motorku. Dalam hati aku mengutuk adekku nan jelek itu, kenapa coba dia nyuruh aku datang lebih awal? (yang membuatku ketemu ni bapak-bapak yang gak kalah jeleknya juga). Dan kenapa Hp dia ada di rumah?!!!
Ternyata cobaan datang lagi. Belum juga bapak-bapak tadi ngelepasin matanya dari motorku, tiba-tiba muncul bapak-bapak lain. Kali ini bapak-bapak genit. Bagaimana enggak? Masa dia lewat di depanku sambil siul-siul, terus naikkin alisnya beberapakali ke arahku. Aku cuekin (ngapain coba aku bales?!), eh dia malah duduk di sampingku sambil terus siul-siul sama anak-anak cewek (pliss deh, anak SD gitu loh Pak!! Masa diganggu juga! Inget anak-istri, Pak!!) yang lewat. Kontan aja tuh anak-anak pada langsung lari ketakutan.
Gerah banget duduk diantara bapak-bapak aneh ini. Tapi akhirnya jam tiga adekku keluar juga. Sambil menghembuskan nafas lega, aku langsung naik ke atas motor, lupa sama bapak-bapak yang tadi. Ternyata dia masih ngeliatin motorku, dan kaget banget pas ngeliat aku yang naik. Pliss deh, Pak. Eh tiba-tiba bapak itu nanya, "Bu, itu motor keluaran tahun ini, yah?!". Walopun rada-rada keki juga dipanggil Bu, tapi tetep aku jawab sesopan mungkin, "Hm.. Kurang tahu yah Pak. Mungkin." Dia tanya lagi, "Itu motor listrik, khan?". Walopun kesel, aku jawab, "Iya". Nanya mulu luu...
Eh, tiba-tiba bapak-bapak genit tadi ikut nimbrung, "Berapa sih harganya Bu? Paling mahal kali 400rb yah..?" katanya sambil terkekeh-kekeh. Karena udah kesel, aku pura-pura ga denger, sambil narik adekku ke atas motor, lantas langsung cabut. Hih. Aku rasa besok aku bakal mikir dua kali untuk jemput adekku lagi.
Kutatap sekelilingku. Sebuah kamar tidur, tidak terlalu kecil. Tidak juga terlalu besar. Hampir semua yang kuinginkan sudah tersedia disini. Aku memang tidak meminta banyak, dibanding teman-teman sekolahku yang sekarang. Mungkin.
Kurasa aku bukanlah seorang yang selalu dapat mensyukuri apa yang aku punya dan apa yang telah aku dapatkan. Seringkali kulupa bahwa semua itu datangnya dari Tuhan. Sehingga tak jarang aku menggugat takdir, baik disengaja ataupun tidak.
Biasanya yang datang berikutnya hanyalah penyesalan. Sebuah permohonan maaf, atas kekhilafan yang telah aku lakukan. "Aku hanyalah manusia", kalimat itulah yang seringkali bergaung di lubuk sanubariku tatkala aku mencoba untuk meminta maaf secara tulus pada-Nya. Kalimat itu jugalah yang kadang membuatku merasa bodoh untuk meminta maaf dengan sungguh-sungguh pada Tuhan.
Namun seperti layaknya manusia pada umumnya, sebagaimanapun aku meminta maaf, pastilah nantinya aku akan berbuat kesalahan. Lagi. Dan lagi. Sampai akhirnya akupun putus asa untuk meminta maaf, karena kupikir Tuhan takkan memaafkan. Tuhan sudah capai mendengar semua alasan-alasan serta kesalahan yang aku perbuat.
Sekali lagi aku salah. Aku lupa. Aku khilaf. Tuhan bukanlah manusia. Tuhan takkan capai untuk mendengar semua keluh kesah, permohonan, serta permintaan maaf hamba-hambanya. Tuhan maha pemurah, penyayang, juga pemaaf. Maka saat inipun sekali lagi kucoba untuk menengadahkan kedua tanganku, memohon ampunan, serta mencoba untuk tidak putus asa. Maafkanlah hamba, Tuhanku.
- 'Confession of a girl named Yofara..
more about>>♥ me ♥