So it finally ended.
I'm forced to knock down all my hope, love, dream,
lust, and ambition to be his one and only.
Gue gatau official date dari break up kita. Semenjak dia berubah, the dump off sentence has been repeated many
MANY times.
Anjrit. How I hate those 3 filthy whores very
VERY much!
They're the reason why I wanted to break up with the person that I love the most (next to my Mom and Dad, of course). He has been everything to me. Once my friend asked me, "
lo lebih milih hidup lo atau dia?" I chosed him. The reason is simply because
he is my life.
Dia adalah orang terakhir yang bakal gue tuju ketika gue mendapat masalah. Kenapa? Karena kepada dia lah gue berpulang. I always want to see him happy. It is my greatest pleasure to see his smile. I don't care whether I have bunch or - maybe - few friends - as long as I have him by my side, I know that happiness won't leave me even for a sec.
To me, his hugs are more comfortable than any expensive beds you can imagine. His laughs are treats to my days. He's the person I wanted to spend my whole life with, have kids with, die with, and struggle together with. I love him so much that it really burns me when I know what happened last Saturday in Bandung.
The point is: kucing mana yang ga nolak ikan?
Apalagi setelah gue tanyatanya sanasini ternyata 'ikanikan' itu sudah terbukti kejablayannya.
Ah, sudahlah. Laki gue udah berubah. There are parts of him that I don't even recognize anymore. Gue coba baikbaik untuk ngerubahnya, mengajaknya menjadi Najib yang dulu. Tapi oh oh.. Gue bahkan baru tahu kalau dia tempramen. He said things that weren't suppose to be said. Satu taun jadian gaperna dia kayak gini.
Gue benci 3 jablays tadi, terutama
Melia Sudrajat.
Gue benci Bandung, terutama Jatinangor (masuk Bandung, kan ini?).
Gue benci UNPAD, terutama Fakultas Sastranya.
Gue benci diri gue, karena kepergian dia ke UNPAD adalah atas permintaan gue.
Ah. I may as well be dead.
Gue jealous denger si jablay manggil dia
my teddy bear. Gue jealous dia upload profpict berdua bareng si jablay. Gue jealous liat next profpict dia bareng inggit. Gue jealous liat album
Najib's wives by
Melia Sudrajat. Gue benci dengan kenyataan kalo dia nggak nganggep gue apaapa. Gue benci dengan kenyataan kalau gue cinta mati sama dia.
Mati aja gue.
Jadi gue fikir, solusi terbaik adalah pergi jauh darinya. Gue sakit, ga tahan lagi. Tiap inget ini dada gue sesek, tangan gue ngilu, saraf di kepala gue serasa menegang.. Gue mau mati aja rasanya. Semenjak hari Senin kemarin, gaada hal yang gue kerjain selain menangis. Gue harap dengan menangis, semua beban itu akan terangkat. Ternyata gue salah.
Gue masih aja sedih.
Pasti ada yang salah.
Gue coba isolasi barangbarang pemberian dia. Suratsurat dia, catatan harian dia tentang gue yang dia beri ke gue tahun lalu, fotofoto dia.. semuanya.
Tetep sakit itu masih ada. Terlebih ketika gue berada dalam kamar gue. Oh, how well I remember the things that used to happen in this room. Gue kecewa. Gue merasa rendah. Gue merasa kotor. Gue ga pantes hidup..
Gue keluar kamar, pergi ke ruang tamu. Memori yang sama masih tercetak jelas. Gue pergi ke dapur, gue bisa lihat gue dan dia, di sana..
Gue keluar rumah, duduk di bangku depan rumah. Hati gue tambah nyutnyutan. Ini tempat dia biasa ngapelin gue. Ga tahan, gue pergi ke taman.
Sepanjang jalan, hati gue tambah sakit. Pun ketika akhirnya gue sampai di taman.. Akhirnya gue menyadari, di setiap sudut Tebet, gue bisa melihat dirinya..
Sakit.
Susah..
Tapi gue tau gue harus bangkit dari keterpurukan gue. Dan gue tau, keputusan gue untuk meninggalkan dia adalah suatu keputusan yang tepat. Bukannya ada yang bilang; mencintai bukan berarti memiliki, tapi lebih kepada melihat seseorang yang kita cintai itu berbahagia, pun ketika
dia lebih bahagia dengan si jablay (mungkin?)*.
Gue harus tegar - pun ketika Ia memohon maaf, dan memohon agar kita kembali bersama. Gue ga boleh rapuh - walau gue denger dari tementemennya kalau tanggapan dia atas pertanyaanpertanyaan yang 'berbau gue' cenderung dingin. Gue harus kuat - ketika dia bilang ke tementemen gue betapa dia masih sayang sama gue.
Gue harus tetap pada pendirian gue.
Karena gue yakin dia sudah berubah. And there aint no thing that I do will eventually change him. He's irreversible, I'm sure.
Jadi, even I know that I love him with all my life, gue harus tetep bilang sama dia betapa bencinya gue sama dia. Even gue tau hati gue sakit, gue harus tetep bertahan pada keputusan gue, karena gue yakin sakit ini hanya sementara. Justru kalo gue terus sama dia, yang ada gue bakal hancur ngeliat pergaulan dia di sana karena gue tau, dunia gue dan dia sekarang sudah berbeda.
Untuk Andrew Najib Sebastian.May God always bless you, Love.
*Gue yakin
Melia Sudrajat bisa buat dia bahagia karena dia serba lebih dari gue.
me and my BIG MOUTH ;) | 4:18 PM.